Parmas Insight #4 Apatisme Kultural

INDRAMAYU -  KPU Kabupaten Indramayu mengikuti kegiatan Parmas Insight Chapter #4 yang digagas oleh KPU Provinsi Jawa Barat. Kegiatan ini menjadi ajang penguatan strategi partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu, Rabu (29/10).

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Hubungan Masyarakat KPU Kabupaten Indramayu turut hadir sebagai narasumber. Pemaparan yang disampaikan mengangkat tema “Apatisme Publik (Menyentuh Kelompok Golput Kultural)” dengan studi kasus pada komunitas Dayak Hindu Buddha Bumi Segandhu Losarang. Dayak Losarang sebuah komunitas lokal di Indramayu yang memilih menarik diri dari sistem administrasi negara, termasuk menolak kepemilikan KTP karena keberatan terhadap kolom agama. Fenomena ini menjadi potret nyata “golput kultural” yang berakar pada identitas, keyakinan, dan nilai-nilai sosial budaya.

Dalam pendekatannya, KPU Indramayu mengedepankan empat strategi: Cultural Respect, Local Leadership, Empathy Communication, dan Inclusion First.
“Kita tidak datang untuk mengubah keyakinan mereka, tetapi memberi ruang pilihan tanpa merusak martabat budaya. Kuncinya adalah mendengar lebih dulu dan hadir dengan empati,” ujar Munawaroh.


Melalui forum ini, KPU Indramayu menyoroti pentingnya pendekatan kultural dan komunikasi yang adaptif untuk mendorong partisipasi kelompok masyarakat yang selama ini dianggap sulit tersentuh oleh proses demokrasi.

Hadir pula sebagai narasumber, M. Ilham Ramadhan (Ketua Divisi Sosdiklih, Parmas, dan SDM KPU Kabupaten Subang) memaparkan materi bertajuk “Apatisme Politik di Tengah Apatisme Publik.” Ia menjelaskan bahwa apatisme politik bukan disebabkan oleh kurangnya sosialisasi, melainkan menurunnya kepercayaan terhadap institusi politik serta pengalaman negatif masa lalu. Mengutip Dalton (2017), Ilham menyebut apatisme sebagai “krisis kepercayaan terhadap efektivitas suara rakyat dalam membawa perubahan.”

Ilham juga menyoroti berbagai faktor pendorong golput, mulai dari kondisi sosio-ekonomi dan psikologis hingga faktor politik. Berdasarkan pengalaman KPU Subang, ia menekankan pentingnya sosialisasi yang terencana, inovatif, dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk komunitas marginal dan pemilih muda. “Pendidikan pemilih harus membangun kepercayaan sosial, meningkatkan literasi politik digital, dan melawan disinformasi yang memperdalam apatisme publik,” ujarnya.

KPU Kabupaten Indramayu berharap kegiatan ini dapat semakin memperluas wawasan dan strategi dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu mendatang.

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 38 Kali.